Advertise

FORSIS-ITS. Powered by Blogger.
 
Monday, January 6, 2014

Kajian Rutin

      KITAB RIYADHUS SHOLIHIN
(SABAR)
oleh
Ustad Mudhofar Jufri

Kajian SMS (Sunday Morning Spirit) ahad,5 januari 2014 di Masjid Manarul Ilmi ITS. Tema kajian pagi ini adalah Sabar. Kelanjutan dari kajian minggu sebelumnya. Bersama ustad Mudhofar Jufri.
Satu kata makna sabar yaitu stabil. Stabil dalam menghadapi cobaan apapun itu. Meski dilanda marah, kesal, galau, kekurangan harta namun tetap stabil bisa mengahadapinya dengan tenang seakan bukan masalah besar. Bisa bersikap seperti keadaan biasanya meski dengan masalah yang besar di pundak. Itulah sabar. Dan orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan emosi dan gejolak dalam dirinya, meski dilanda banyak kesulitan.
Kebaikan dari Allah untuk kita adalah adzab yang Dia turunkan kepada kita di dunia karena semua adzab di dunia ini bukanlah sebenar-benarnya adzab yang nyata. Semua adzab yang terjadi di dunia baik itu bencana banjir, musibah gempa, tsunami, tanah longsor dsb itu bukanlah adzab yang nyata. Karena adzab yang nyata adalah kelak di akhirat yaitu neraka. Adzab yang kekal di dalamnya bersama orang – orang yang mendapatkannya. Semua adzab di dunia ini bisa menjadi suatu kenikmatan bagi seseorang yang menganggapnya itu adalah rahmat dari Allah karena itu adalah kebaikan dari Allah untuk  kita. Beruntunglah orang-orang yang mendapat adzab di dunia atas dosa-dosa yang telah dia kerjakan. Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukurlah, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)
Adzab yang selama ini kita terima di dunia sangatlah kecil tidak sebanding dengan dosa – dosa yang telah kita kerjakan. Jika Allah menurunkan adzab yang sebanding dengan dosa – dosa yang kita lakukan di dunia maka yang terjadi tidak akan ada makhluk yang akan hidup meski itu makhluk melata sekalipun akibat besarnya dosa-dosa yang kita lakukan. Karena kasih sayang Allah mendahului murka Nya. “Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penunudaan atau percepatan sesaat pun.” (QS An Nahl:61)
Jika kita mendapat cobaan/musibah maka dicek dahulu, itu termasuk ujian atau adzab dari Allah. Cara mengujinya yaitu dengan kita muhasabah diri flashback kebelakang apakah kita telah banyak berbuat dosa sehingga Allah menurunkan musibah kepada kita. Jika memang tidak, maka itu adalah ujian dari Allah dan kita patut bersyukur kepadaNya. Namun jika cobaan itu akibat dari dosa – dosa yang telah kita lakukan sebelumnya maka banyaklah beristigfar. Bersabar dan bersyukur adalah kuncinya dalam menghadapi cobaan dari Allah. Karena jika kita mampu melewati cobaan itu dengan bersyukur dan sabar maka Allah akan menaikkan derajat kita dan menghapus dosa kita, baik itu dosa kecil maupun dosa besar yang telah kita kerjakan tergantung kadar ujian yang kita terima. InsyaAllah.
Dan patut diwaspadai bila banyak sekali dosa – dosa yang telah kita lakukan, namun Allah berdiam diri dan tidak menurunkan adzabNya selama kita masih di dunia maka adzab yang sebenar – benarnya adzab akan di dapat kelak di akhirat. Dan sungguh rugi orang-orang yang mendapatkannya.

"Niscayalah Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikaniah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."(al-Baqarah: 155)
(Bz)
 
FORSIS-ITS © 2014 | Designed By Blogger Templates