KITAB RIYADHUS SHOLIHIN
(SABAR)
oleh
Ustad Mudhofar Jufri |
Kajian
SMS (Sunday Morning Spirit) ahad,5 januari 2014 di Masjid Manarul Ilmi ITS.
Tema kajian pagi ini adalah Sabar. Kelanjutan dari kajian minggu sebelumnya. Bersama
ustad Mudhofar Jufri.
Satu
kata makna sabar yaitu stabil. Stabil dalam menghadapi cobaan apapun itu. Meski
dilanda marah, kesal, galau, kekurangan harta namun tetap stabil bisa
mengahadapinya dengan tenang seakan bukan masalah besar. Bisa bersikap seperti
keadaan biasanya meski dengan masalah yang besar di pundak. Itulah sabar. Dan
orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan emosi dan gejolak dalam dirinya,
meski dilanda banyak kesulitan.
Kebaikan
dari Allah untuk kita adalah adzab yang Dia turunkan kepada kita di dunia
karena semua adzab di dunia ini bukanlah sebenar-benarnya adzab yang nyata. Semua
adzab yang terjadi di dunia baik itu bencana banjir, musibah gempa, tsunami,
tanah longsor dsb itu bukanlah adzab yang nyata. Karena adzab yang nyata adalah
kelak di akhirat yaitu neraka. Adzab yang kekal di dalamnya bersama orang –
orang yang mendapatkannya. Semua adzab di dunia ini bisa menjadi suatu
kenikmatan bagi seseorang yang menganggapnya itu adalah rahmat dari Allah karena
itu adalah kebaikan dari Allah untuk
kita. Beruntunglah orang-orang yang mendapat adzab di dunia atas
dosa-dosa yang telah dia kerjakan. Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan
r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Amat mengherankan sekali
keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan
kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi
seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia
mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukurlah, maka hal itu adalah kebaikan
baginya,sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana
- iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya."
(Riwayat Muslim)
Adzab
yang selama ini kita terima di dunia sangatlah kecil tidak sebanding dengan
dosa – dosa yang telah kita kerjakan. Jika Allah menurunkan adzab yang
sebanding dengan dosa – dosa yang kita lakukan di dunia maka yang terjadi tidak
akan ada makhluk yang akan hidup meski itu makhluk melata sekalipun akibat
besarnya dosa-dosa yang kita lakukan. Karena kasih sayang Allah mendahului
murka Nya. “Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya
tidak akan ada yang ditinggalkan Nya (di bumi) dari makhluk yang melata
sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan.
Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penunudaan atau
percepatan sesaat pun.” (QS An Nahl:61)
Jika
kita mendapat cobaan/musibah maka dicek dahulu, itu termasuk ujian atau adzab
dari Allah. Cara mengujinya yaitu dengan kita muhasabah diri flashback kebelakang apakah kita telah
banyak berbuat dosa sehingga Allah menurunkan musibah kepada kita. Jika memang
tidak, maka itu adalah ujian dari Allah dan kita patut bersyukur kepadaNya.
Namun jika cobaan itu akibat dari dosa – dosa yang telah kita lakukan
sebelumnya maka banyaklah beristigfar. Bersabar dan bersyukur adalah kuncinya
dalam menghadapi cobaan dari Allah. Karena jika kita mampu melewati cobaan itu
dengan bersyukur dan sabar maka Allah akan menaikkan derajat kita dan menghapus
dosa kita, baik itu dosa kecil maupun dosa besar yang telah kita kerjakan
tergantung kadar ujian yang kita terima. InsyaAllah.
Dan
patut diwaspadai bila banyak sekali dosa – dosa yang telah kita lakukan, namun
Allah berdiam diri dan tidak menurunkan adzabNya selama kita masih di dunia
maka adzab yang sebenar – benarnya adzab akan di dapat kelak di akhirat. Dan
sungguh rugi orang-orang yang mendapatkannya.
"Niscayalah
Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikaniah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar."(al-Baqarah: 155)
(Bz)