“Segala perilaku kita adalah hasil dari
meniru” kalimat pembuka oleh ust. Mudhofar Al-Jufri pada pembahasan “Sirah
Nabawiyah” dari agenda Sunday Morning
Spirit (SMS) Departemen Syiar JMMI ITS (08/09/2013). Kalimat yang singkat
namun penuh makna jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari itu.
Meniru adalah hal pertama yang kita lakukan, misalkan seorang bayi yang
kebetulan dekat dengan ibunya semenjak lahir, secara tidak langsung ibunya lah
yang diingat pertama kali, karena ibu tersebut memberikan perhatian atau
perilaku yang nantinya didengar dan dilihat oleh anak sehingga di praktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Beranjak dewasa, sudah sepatutnya
menjadikan Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan dalam berperilaku, bersikap,
berbicara, berinteraksi dalam keluarga dan social. Mengapa ?
1.
Rasulullah adalah manusia yang
mulia akhlaknya, semua tata cara perilaku beliau ada dalam Al-Qur’an dan
hadist, yang kesemuanya adalah untuk menyebar kebaikan tanpa keburukan setitik
pun.
2.
Allah menjadikan Rasulullah
sebagai manusia yang memiliki kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Dalam Al-Qur’an
surah Al-Ahzab: 56 “Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat- Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” Artinya, Allah dan malaikat saja memuliakan rasul, kita sebagai
manusia sudah sepatutnya juga bersolawat dan mengucap salam kepada Rasulullah
SAW. Beliau juga adalah termasuk manusia yang uswatun hasanah bersamaan dengan
nabi Ibrahim as, yang mana nasab beliau dari nabi Ibrahim as.
3.
Rasulullah sebagai “world
model” dunia dan akhirat, maksudnya menjadikan figur Rasulullah sebagai panutan
dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kalau pun ingin menjadikan manusia-manusia
setelah rasul sebagai panutan, pelajarilah mereka penemu-penemu ilmu alam dan sosial.
Seperti Al-Farabi (filosof), Al-Khawarizmi (penemu angka nol), Ibnu Khaldun
(ahli mukaddimah), dan lainnya yang keselurahan mereka adalah orang-orang yang
memahami ilmu-ilmu dasar islam dan para hafizh Al-Qur’an.
Yang
perlu kita lakukan untuk mengikuti jejak rasul adalah,
1.
Menyehatkan keyakinan kita,
termasuk di dalamya pikiran, perasaan dan kalbu untuk selalu berbuat kebaikan.
2.
Menyegerakan tindakan,
maksudnya jika kita mempunyai suatu gagasan, jangan hanya di pendam dalam hati
tanpa di ucapkan dan menindak lanjuti gagasan tersebut. Jika demikian yang
terjadi gagasan atau ide tersebut akan menguap, mengeras dalam kalbu dan akan
mendegredasikan diri kita.
3.
Seimbang. Sudah sepatutnya kita
sebagai makhluk individu dan sosial dapat menyeimbangkan keperluan keduanya
dalam berjihat, romantisme, bakti kepada kedua orang tua, dan bersikap kepada
masyarakat.
Sesuai cerita rasulullah bahwa amalan apa
yang bisa dilakukan adalah solat, berbuat baik kepada Allah, dan jihat dijalan
allah. Maka seperti itulah seharusnya kita yang mengimani rasul. Di penghujung
sirah nabawiyah ini, harapan dari bapak trainer motivasi termuda adalah peserta
agenda SMS lebih banyak lagi memenuhi ruang utama Masjid Manarul Ilmi ITS
Surabaya (Ce2).
~Tim Media FORSIS-ITS 3435~
~Kabinet Hansei-Kaizen~
~Menjejak Sejarah Melalui Media~