http://kdri.web.id/68 |
“Kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa …” Itu adalah kutipan pada Pembukaan UUD 1945 yang
sangat sering didengar saat upacara bendera sewaktu sekolah. Sejak sekolah
dasar, siswa telah diajarkan tentang sejarah bangsa Indonesia, termasuk sejarah
kemerdekaan Indonesia. Siswa telah diberikan materi tentang perjuangan para
pejuang kemerdekaan untuk melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan.
Hal tersebut memang diperlukan siswa agar mengetahui sejarah negaranya sendiri,
apalagi terdapat pepatah “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa
pahlawannya.” Dengan demikian, pelajaran sejarah ini sangat dibutuhkan generasi
muda sehingga mereka memiliki kecintaan terhadap negaranya.
Begitu
pentingnya peran sejarah untuk suatu bangsa, maka tidak heran jika pelajaran
sejarah diajarkan hingga sekolah menengah atas. Namun, sejarah yang telah
diajarkan semasa sekolah dahulu hanyalah sedikit dari apa yang sebenarnya
terjadi, perlu adanya pembahasan yang lebih mendalam jika ingin benar-benar
mengenal asal mula lahirnya bangsa Indonesia. Hal itu memang bukan suatu yang
mudah karena tidak banyak orang yang tertarik membahas sejarah bangsanya.
Namun, tidak ada salahnya jika kini kita mengungkap sedikit sejarah negara
Indonesia dalam merengkuh kemerdekaan.
Kemerdekaan
yang diraih bangsa Indonesia bukanlah hadiah atau pemberian dari bangsa
penjajah. Pahlawan berjuang tak kunjung lelah untuk merdeka dan terbebas dari
belenggu penjajahan yang menyengsarakan. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui
bahwa kemerdekan tersebut juga tidak lepas dari perjuangan yang dilakukan para ulama
dan santri. Dengan pekikan takbir dari Bung Tomo, telah mengobarkan semangat
rakyat Indonesia, khususnya Arek Suroboyo,
untuk memerangi orang kafir yang menjajah
bangsa Indonesia dan hendak menyebarkan agamanya kepada rakyat yang mayoritas
muslim. Allaahu Akbar!
Tuanku
Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Diponegoro, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad
Dahlan, dan masih banyak lainnya adalah pahlawan bangsa yang turut berjuang
mengusir penjajahan tanpa meninggalkan syari’at Islam yang mereka yakini.
Bahkan, tidak sedikit rakyat yang begitu segan terhadap para ulama yang termasuk pahlawan tersebut.
Hal itu disadari oleh kaum penjajah bahwa ulama adalah kekuatan yang dimiliki
rakyat Indonesia. Mereka begitu disegani sehingga apa yang diperintahkan oleh
mereka akan diikuti pula oleh rakyat.
Para
ulama maupun santri tersebut tidak hanya memiliki wibawa, tetapi juga turut
serta melawan penjajah dengan menjadi pemimpin perlawanan ataupun bergabung
dalam pasukan pembela tanah air ataupun Hizbullah. Banyak organisasi-organisasi
yang dibentuk oleh para ulama untuk
memperjuangkan kemerdekaan, misalnya Serikat Dagang Islam, Nahdatul Ulama,
Muhammadiyah, dan tentu banyak lagi yang lainnya.
Bulan
Ramadhan pun tidak menyurutkan perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka hingga
kemerdekaan itu benar-benar diraih dengan begitu banyak darah para pejuang
(syahid, InshaaAllah, red). Tanggal
17 Agustus 1945 adalah “hari kemerdekaan
kita, hari merdeka, nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia”.
Begitulah cuplikan lirik lagu kebangsaan 17 Agustus. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pun didengungkan sebagai tanda terbebasnya bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan kolonialisme dan imperialisme selama berabad-abad.
Namun,
selama ini, kebanyakan dari masyarakat tidak mengetahui bahwa kemerdekaan
Indonesia juga sangat banyak didukung oleh perjuangan para ulama dan santri.
Hal itu disebabkan sejarah negara Indonesia yang mengesampingkan peranan umat
Islam (ulama dan santri, khususnya). Selain itu, pesantren juga dianggap
sebagai lambang keterbelakangan, padahal santri juga berperan banyak dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dengan
keteguhan iman, para ulama dan santri memperjuangkan tanah air tercinta,
Indonesia, hingga kemerdekaan yang diidam-idamkan dapat diraih dan dinikmati
anak-cucu mereka. Wallahu a’lam. (IF)
~Tim Media FORSIS-ITS 3435~
~Kabinet Hansei-Kaizen~
~Menjejak Sejarah Melalui Media~