|
#SurabayaTolakMissWorld |
Krisis Indonesia tolak miss world kali ini digelar di Masjid Manarul Ilmi ITS Surabaya
(05/09/2013) bersama narasumber Ust. Kholili Hasib (Peneliti Center for Gender Studies) dalam “Sarasehan
Mentor ITS & Talk Show Surabaya
Tolak Miss world”. Pembukaan oleh
ketua umum JMMI ITS 2013/2014, mas Ilham Azmy yang merangkap ketua FSLDK
Puskomda Surabaya Raya. Nasihat yang tersampaikan bahwa “Jika Timur Tengah di
invasi (perang-red) oleh yahudi dengan kekerasan, maka negara kita Indonesia
sedang diinvasi yahudi dengan ghazwul fikr (perang pemikiran-red) termasuk di
dalamnya acara miss world.”
Pembicaraan oleh Ust. Kholili Hasib dimulai beliau
bercerita tentang lobbying surat penolakan
pagelaran miss world di Indonesia.
Surat tersebut oleh timnya akan dikirim untuk Ibu Negara Ani Yudhoyono,
Kapolda, Gubernur, dan Kementrian Perempuan. “Semoga Allah memudahkan kami
membatalkan acara miss world ini”
harapan beliau. Miss world ke 63
tahun ini rencana akan dilaksanakan di berbagai lokasi di Indonesia, Bogor (Grand Final Miss World 2013), Bali dan
Jakarta pada September dekat ini. Pembahasan mengenai sejarah miss world dan paradigma di masyarakat dunia adalah merupakan ajang miss world yang tak ubahnya ajang
memamerkan keindahan tubuh perempuan. Mengapa ? karena sebelum para wanita
berjalan di catwalk mereka diseleksi
dengan harus mengikuti sesi foto menggunakan baju renang, melihat kemolekan
tubuh para peserta. Sejak awal memang dikenal sebagai kontes bikini (Inggris,
1951), hanya saja oleh media untuk lebih sopan dinamakan miss world (tahun 1970-an), dan di tahun berikutnya kontes ini
menimbulkan masalah seperti pencopotan status miss world karena kekasih dari Miss
Austria Ulla Weigerstorfer menyebarkan foto bugil dirinya tujuh tahun kemudian.
Dari kasus tersebut bisa diketahui bahwa miss
world hanya mementingkan kecantikan fisik semata.
Demikian itu sesuai kriteria peserta dari
penyelenggaraan miss world yang
diantaranya 35% fisik, 25% kepribadian, 20% IQ, dan voting 20% (Miss World
Singapura). Ketika seorang wanita telah menyandang status miss world, pihak penyelenggara tidak ikut campur akan kegiatan
yang akan dilakoni pelaku miss world
setelah menjadi ratu. Penyelenggara tidak peduli, yang dipedulikan hanya
berkutat pada aksesoris kecantikan, yang demikian itu untuk kepentingan bisnis.
Pertanyaannya, apakah ada seorang miss world yang mengabdi untuk
masyarakat, misalkan yang konsisten menjadi penggerak peduli anak dan perempuan
? atau provokator untuk lebih mencintai sosial ? tidak ada, yang ada hanya,
mengabdi untuk menjadi artis, dari pada harus peduli untuk masyarakat. Adakah
pula miss world yang kriteria fisik
tak lumayan baik sedang IQ, kepribadian memadai untuk menjadi sosok pedoman
untuk masyarakat ? tak ada, yang ada hanya wanita cantik.
Perlu diingat, bahwa di zaman Pak Harto, seorang Dr.
Daud Yusuf mengatakan “Kontes ratu-ratuan sedunia adalah kontes penipuan,
disamping pelecehan perempuan. Tujuan kegiatan ini tidak lain meraup keuntungan
bisnis tertentu, perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon
kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus merupakan
kelemahan perempuan dan nafsu elementer laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk
hidup mewah”. Pernyataan ini juga bisa dijadikan dasar untuk menolak/membatalkan
kontes miss world yang ultimatumnya
sudah ada sejak beberapa puluh tahun silam.
Saat ini, bisa dipastikan penyelenggara miss world memiliki sekitar 100 jaringan
bisnis, entah itu bisnis, pakaian dalam, sepatu. tempat yang bisa dipastikan penyelenggara
miss world Indonesia yang akan di gelar
di Bali itu juga merupakan investor di pagelaran tersebut, lebih tepatnya dalam
bentuk media. Media disini sangat merugikan pihak yang kontra, pasalnya media
di Indonesia sendiri adalah yang pro dalam penyelenggaraan miss world, sedang orang awam hanya bisa melihat berita di TV,
jarang yang bisa mengakses internet padahal info kontra sering dimuat dalam
bentuk online. Tak ayal, ketika bertanya tentang miss world, kebanyakan mereka tidak tahu, atau mungkin tak mau tahu
karena terbatasnya pemberitaan di media massa tentang bahaya miss world ini.
Pentingnya penolakan penyelenggaraan miss world ini karena ingin
menyelamatkan wanita dari paradigm masyarakat bahwa dalam budaya postmodern, tubuh wanita menjadi media
eksploitasi dan untuk kepentingan market bisnis. Menghilangkan peradaban barat
tidak memberti peran penting untuk agama dalam system berpikir mereka. Ciri
khas peradaban barat modern adalah
berideologi materialism. Barat memuja 4 hal, yakni kekayaan, jabatan,
kecantikan dan popularitas. Agama disingkirkan sebagai sumber nilai dan
digantikan dengan spekulasi akal.
Barat memuja 4 hal, yakni kekayaan, jabatan, kecantikan dan popularitas. Agama disingkirkan
sebagai sumber nilai dan digantikan dengan spekulasi akal. Dan kontes Miss world merupakan ajang iconic yang tidak memiliki edukasi untuk
membangun moralitas bangsa karena yang dilombakan wanita, membandingkan aspek
fisik diantara makhluk Allah yang merupakan tindakan diskrimiatif dan
destruktif, jika pun miss world pakai
jilbab, maka kontes itu tetaplah salah. Masalahnya bukan pada jilbab atau
bikini semata tetapi ini tentang melindungi wanita dan dampak pemikiran ke
anak-anak kita karena yang dijual kecantikan fisik, maka segala bentuk aneka
lomba berlebel miss haruslah ditolak.
Karena tetap ada unsur eksploitasi di praktiknya.
Jika
acara-acara berlebel miss itu masih
tetap digencarkan, entah itu pemilihan Miss
World, Miss Universe atau Puteri
Indonesia, moralitas akan hancur, membahayakan Bangsa Indonesia. Hal seperti
itu merupakan sesuatu yang tidak mendidik karena anak-anak kecil akan diajari
paradigma bahwa yang akan mendapatkan hadiah, penghargaan, ataupun kebahagiaan
hanyalah wanita cantik. Ini semua merupakan ghazwul fikr yang sebenarnya sudah
ada sejak dahulu. Maka dari itu, sebagai umat muslim, sebaiknya selain mengkaji
tentang Al-Qur’an dan hadist, kita juga memahami ghazwul fikr sehingga tidah
mudah mengikuti arus orang-orang sekularisme. (Ce2).
#SBY_Tolak_Miss_World
~Tim Media FORSIS-ITS 3435~
~Kabinet Hansei-Kaizen~
~Menjejak Sejarah Melalui Media~